Sering berpikir untuk melakukan sesuatu tapi selalu malas memulainya? Sering ingin mengubah kebiasaan yang udah gak oke di diri kita tapi tak kunjung berubah? Nampaknya itu hal umum yang sering kita alami. Manusia terkadang mempunyai ketakutan dan penolakan untuk melakukan sesuatu, apapun alasannya itu.
Seringkali kita ingin mengubah kebiasaan diri yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi kita sekarang. Ada berbagai hal sederhana, misalnya: “Hari ini saya ingin makan cukup, tidak mau berlebihan”. Eh taunya pas makan kalap. Atau misalnya: “Hari ini saya mau lebih rajin membersihkan rumah”. Eh taunya cucian piring dibiarkan seharian. Ada juga misalnya yang berniat, “Mulai sekarang saya mau rajin menabung”. Taunya setelah gajian atau mendapatkan fee, uang habis terpakai untuk beli ini itu.
Kebiasaan. Semua hal yang menjadi kebiasaan itu terjadi karena kita mempunyai penyebab tertentu yang sering kali kita tidak sadari. Seringkali berbagai hal terulang, karena kita tidak sadar apa sih sebenarnya yang menyebabkan ‘penyakit’ kebiasaan yang tidak kita sukai itu selalu kita lakukan.
Seringkali penyebab dari kebiasaan diri yang tidak kita sukai itu berkaitan dengan masa lalu kita, dengan latar kita, dengan sebuah kejadian dalam hidup yang tidak kita sadari. Seringkali kejadian di masa lalu itu tertanam dan menjadi patokan kita dalam bereaksi dimasa sekarang.
Misalnya contoh 1:
Niat berubah: “Saya ingin mulai rajin berolahraga.” Hal ini sering sekali menjadi niat banyak orang bukan? Kenyataan yang terjadi? Akhirnya tidak kunjung berolahraga. Coba deh pikir kembali apa yang menyebabkan malas berolahraga? Apa ada kaitannya dengan masa lalu kita? Bisa saja misalnya (misalnya looh..) dulu saat di sekolah pas pelajaran olahraga, gak suka dengan guru olahraga. Jadi setiap olah raga ada rasa takut dan benci, hingga tidak disadari kata ‘olahraga’ sudah membuat diri menjadi sangat anti dengan hal tersebut. Itu bisa saja terbawa hingga dewasa hingga olahraga selalu diinterpretasikan dengan rasa takut dan benci.
Kebiasaan. Semua hal yang menjadi kebiasaan itu terjadi karena kita mempunyai penyebab tertentu yang sering kali kita tidak sadari. Seringkali berbagai hal terulang, karena kita tidak sadar apa sih sebenarnya yang menyebabkan ‘penyakit’ kebiasaan yang tidak kita sukai itu selalu kita lakukan.
Seringkali penyebab dari kebiasaan diri yang tidak kita sukai itu berkaitan dengan masa lalu kita, dengan latar kita, dengan sebuah kejadian dalam hidup yang tidak kita sadari. Seringkali kejadian di masa lalu itu tertanam dan menjadi patokan kita dalam bereaksi dimasa sekarang.
Misalnya contoh 1:
Niat berubah: “Saya ingin mulai rajin berolahraga.” Hal ini sering sekali menjadi niat banyak orang bukan? Kenyataan yang terjadi? Akhirnya tidak kunjung berolahraga. Coba deh pikir kembali apa yang menyebabkan malas berolahraga? Apa ada kaitannya dengan masa lalu kita? Bisa saja misalnya (misalnya looh..) dulu saat di sekolah pas pelajaran olahraga, gak suka dengan guru olahraga. Jadi setiap olah raga ada rasa takut dan benci, hingga tidak disadari kata ‘olahraga’ sudah membuat diri menjadi sangat anti dengan hal tersebut. Itu bisa saja terbawa hingga dewasa hingga olahraga selalu diinterpretasikan dengan rasa takut dan benci.
Atau misalnya, jika pernah melakukan olah raga terlalu berat hingga mau pingsan. Kemudian hal itu berpengaruh dan membentuk pemikiran kita sekarang bahwa “kalau olahraga saya pasti akan pingsan, saya kapok”. Gagal deh akhirnya tak kunjung olahraga.
Contoh di atas hanya sebuah contoh sederhana. Contoh lain misalnya:
Niat berubah: “Saya ingin stop nyemil ”. Kenyataannya? Gak bisa berenti makan cemilan. Klise bukan? Coba dilihat masa lalu kita. Mungkin saja saat kita masih kecil orang tua sering membujuk kita dengan memberikan cemilan, saat kita mulai marah atau ngambek akan sesuatu. Saat dewasa, kita mengaitkan cemilan tersebut pembawa kebahagiaan saat kita marah pada sebuah kondisi. Nah. Ini hanya contoh ya.
Contoh yang saya beri di atas sangatlah sederhana. Namun kenyataannya manusia mempunyai berbagai lapisan ingatan atau memory bank. Sering kali kita tidak ingat dengan suatu kejadian di masa kecil, masa remaja, atau bahkan barusan, yang membentuk persepsi kita terhadap sesuatu hingga masa sekarang. Persepsi tersebut menempel dan membuat kita otomatis selalu merespon sesuatu dengan cara yang sama. Pada saat kita ingin merubah sebuah kebiasaan diri yang kita pikir sudah tidak cocok untuk ‘dipelihara’, ternyata pada alam bawah sadar, persepsi yang merupakan awal penyebab kebiasaan tersebut masih berada di alam bawah sadar. Selama kita tidak menggali masa lalu kita, persepsi tersebut akan tetap ‘terpelihara’.
Oleh karenanya susah sekali kita mengubah sebuah kebiasaan, karena harus mengubah persepsi yang tertanam, yang mungkin saja sudah sekian lama tertanam dalam diri kita bahkan tanpa disadari. Tidak heran, sering kali kita sudah ada keinginan berubah, tapi ternyata diri kita tak kunjung berubah. Ya karena ternyata persepsi penyebab kebiasaan yang ingin kita ubah tersebut belum ditemukan, belum kita ketahui, hingga belum dimengerti kenapa kita kerap mengulang kebiasaan yang kita anggap buruk atau tidak relevan. Mengubah kebiasaan adalah mengubah persepsi, mengubah pengertian.
Hal ini berkesan sederhana, tapi kenyataannya cukup menantang dilakukan. Untuk mengubah sebuah kebiasaan yang tidak kita sukai di diri kita, memang memerlukan lebih dari sekedar niat. Tapi memerlukan waktu untuk kontemplasi, “Apa bagian diri saya di masa lalu saya yang menyebabkan saya kerap melakukan kebiasaan ini”. Memerlukan waktu untuk berproses. Banyak hal tersimpan di bawah sadar. Bagi yang suka bermeditasi, meditasi adalah hal yang sangat membantu untuk mengangkat kesadaran kita, hingga kita bisa mengetahui penyebab kebiasaan yang tertanam di diri kita. Bagi yang tidak familiar dengan meditasi, berkontemplasi akan sangat membantu.
Berusaha mengubah sebuah kebiasaan diri yang tidak kita sukai tanpa mengubah pengertian kita terhadap apa yang menyebabkan kebiasaan tersebut, hanya akan membuat kita kerap gagal dalam membentuk kebiasaan baru. Jadi kupaslah hingga tuntas apa penyebabnya hingga ke akarnya.
Sebuah kalimat yang saya rasa cocok untuk mewakili topik kali ini:
“Know who you are. It is the key to all of your habits”
Contoh di atas hanya sebuah contoh sederhana. Contoh lain misalnya:
Niat berubah: “Saya ingin stop nyemil ”. Kenyataannya? Gak bisa berenti makan cemilan. Klise bukan? Coba dilihat masa lalu kita. Mungkin saja saat kita masih kecil orang tua sering membujuk kita dengan memberikan cemilan, saat kita mulai marah atau ngambek akan sesuatu. Saat dewasa, kita mengaitkan cemilan tersebut pembawa kebahagiaan saat kita marah pada sebuah kondisi. Nah. Ini hanya contoh ya.
Contoh yang saya beri di atas sangatlah sederhana. Namun kenyataannya manusia mempunyai berbagai lapisan ingatan atau memory bank. Sering kali kita tidak ingat dengan suatu kejadian di masa kecil, masa remaja, atau bahkan barusan, yang membentuk persepsi kita terhadap sesuatu hingga masa sekarang. Persepsi tersebut menempel dan membuat kita otomatis selalu merespon sesuatu dengan cara yang sama. Pada saat kita ingin merubah sebuah kebiasaan diri yang kita pikir sudah tidak cocok untuk ‘dipelihara’, ternyata pada alam bawah sadar, persepsi yang merupakan awal penyebab kebiasaan tersebut masih berada di alam bawah sadar. Selama kita tidak menggali masa lalu kita, persepsi tersebut akan tetap ‘terpelihara’.
Oleh karenanya susah sekali kita mengubah sebuah kebiasaan, karena harus mengubah persepsi yang tertanam, yang mungkin saja sudah sekian lama tertanam dalam diri kita bahkan tanpa disadari. Tidak heran, sering kali kita sudah ada keinginan berubah, tapi ternyata diri kita tak kunjung berubah. Ya karena ternyata persepsi penyebab kebiasaan yang ingin kita ubah tersebut belum ditemukan, belum kita ketahui, hingga belum dimengerti kenapa kita kerap mengulang kebiasaan yang kita anggap buruk atau tidak relevan. Mengubah kebiasaan adalah mengubah persepsi, mengubah pengertian.
Hal ini berkesan sederhana, tapi kenyataannya cukup menantang dilakukan. Untuk mengubah sebuah kebiasaan yang tidak kita sukai di diri kita, memang memerlukan lebih dari sekedar niat. Tapi memerlukan waktu untuk kontemplasi, “Apa bagian diri saya di masa lalu saya yang menyebabkan saya kerap melakukan kebiasaan ini”. Memerlukan waktu untuk berproses. Banyak hal tersimpan di bawah sadar. Bagi yang suka bermeditasi, meditasi adalah hal yang sangat membantu untuk mengangkat kesadaran kita, hingga kita bisa mengetahui penyebab kebiasaan yang tertanam di diri kita. Bagi yang tidak familiar dengan meditasi, berkontemplasi akan sangat membantu.
Berusaha mengubah sebuah kebiasaan diri yang tidak kita sukai tanpa mengubah pengertian kita terhadap apa yang menyebabkan kebiasaan tersebut, hanya akan membuat kita kerap gagal dalam membentuk kebiasaan baru. Jadi kupaslah hingga tuntas apa penyebabnya hingga ke akarnya.
Sebuah kalimat yang saya rasa cocok untuk mewakili topik kali ini:
“Know who you are. It is the key to all of your habits”
sumber : http://id.omg.yahoo.com/blogs/kebiasaan-dan-masa-lalu-kita-maylaffayza-13.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar