Senin, 23 Mei 2011

Bosan Hidup

Seorang  pria  mendatangi Sang Master, “Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh  betul.  Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau.  Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati.”
Sang  Master tersenyum, “Oh, kamu sakit.” “Tidak Master, saya tidak sakit. Saya  sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin  mati.”
Seolah-olah  tidak  mendengar  pembelaannya,  sang Master meneruskan, “Kamu sakit.  Dan  penyakitmu  itu  sebutannya,  ‘Alergi Hidup’. Ya, kamu  alergi terhadap kehidupan.”
Banyak  sekali  di  antara  kita yang  alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa  disadari  kita  melakukan  hal-hal  yang  bertentangan  dengan norma kehidupan.  Hidup  ini  berjalan  terus.  Sungai  kehidupan mengalir terus, tetapi  kita  menginginkan status-quo. Kita berhenti  di tempat, kita tidak ikut  mengalir.  Itu  sebabnya  kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi  kita,  penolakan  kita  untuk  ikut  mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit.
Yang  namanya  usaha, pasti ada  pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu  memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu  langgeng,  tidak  abadi.   Apa  sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat  kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.
“Penyakitmu  itu  bisa  disembuhkan,  asal  kamu  ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku.” demikian kata sang Master.
“Tidak  Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya  tidak ingin hidup.” pria itu menolak tawaran sang guru.
“Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?” “Ya, memang saya sudah bosan hidup.”
“Baik,  besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat  ini. Setengah botol diminum  malam  ini,  setengah  botol  lagi  besok  sore jam  enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang.”
Giliran  dia  menjadi  bingung.  Setiap  Master  yang ia datangi selama ini selalu  berupaya  untuk  memberikannya  semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh.   Ia   bahkan  menawarkan  racun.  Tetapi,  karena  ia  memang  sudah betul-betul  jenuh,  ia  menerimanya dengan senang hati. Pulang kerumah, ia langsung  menghabiskan setengah botol racun yang disebut “obat” oleh Master
edan  itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
Begitu rileks, begitu santai! Tinggal  1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam  masalah. Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di  restoran .  Sesuatu   yang  sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa  tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget!
Sebelum  tidur,  ia  mencium  bibir  istrinya  dan  membisiki di kupingnya, “Sayang, aku mencintaimu. “Karena  malam  itu  adalah  malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!
Esoknya  bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa  membangunkannya,  ia  masuk  dapur dan membuat 2 cangkir kopi.  Satu untuk  dirinya,  satu  lagi  untuk  istrinya.  Karena  pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!
Sang  istripun  merasa  aneh sekali. Selama ini, mungkin aku salah. “Maafkan aku, sayang.”
Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, “Hari ini, Boss kita kok aneh ya?” Dan  sikap  mereka  pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!
Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran,   bahkan   apresiatif  terhadap  pendapat-pendapat  yang  berbeda. Tiba-tiba  hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya. Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan.
Kali  ini  justru  sang  istri  yang  memberikan ciuman kepadanya, “Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.”  Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, “Pi, maafkan kami semua. Selama ini, Papi selalu stres karena perilaku  kami.”
Tiba-tiba,  sungai  kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat  indah.  Ia  mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?
Ia mendatangi sang Guru lagi. Melihat  wajah  pria  itu,  rupanya  sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi, “Buang  saja  botol  itu.  Isinya air biasa. Kau sudah sembuh, Apa bila kau hidup  dalam  kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu  kapan  saja,  maka kau akan  menikmati setiap detik kehidupan.
Leburkan  egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan  mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan.  Kau  akan  merasa  hidup.  Itulah  rahasia  kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan.”
Pria  itu  mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke rumah,  untuk  mengulangi  pengalaman  malam  sebelumnya.  Konon,  ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian. Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP!!!

Hidup? bukanlah merupakan suatu beban yang harus dipikul?. tapi merupakan suatu anugrah untuk dinikmati!

sumber : http://framayoga.wordpress.com/2010/02/04/bosan-hidup/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar