Sabtu, 14 Mei 2011

Penelitian Ilmu Sosial vs Ilmu Natura (METOD)

Ilmu – ilmu sosial, seperti halnya dengan ilmu – ilmu natura merupakan suatu pengetahuan yang bersifat umum, sistematik, dalam menyimpulkan dalil – dalil tertentu dalam hubungan manusia yang bersifat umum. Penelitian dalam ilmu sosial,seprti halnya dengan semua penelitian pada umumnya, merupakan suatu proses yang terus menerus kritis dan terorganisasi untuk mengadakan analisa dan memberikan interpretasi terhadap fenomena sosial yang mempunyai hubungan yang saling terkait. Ilmu sosial, seperti halnya dengan ilmu natura, selalu dimulai dari satu premis, bahwa semua gejala maupun keadaan,  yang bagaimanapun sulitnya akan dapat dipecahkan dan diterangkan. Penelitian ilmu sosial juga berpijak kepada metode ilmiah, tetapi beberapa ciri khas dari ilmu sosial itu sendiri membuat si peneliti harus mempunyai keterampilan yang khas dan harus didukung oleh kerangka analitik dan teori yang agak berbeda dalam menganalisa sebab musabab, dibandingkan dengna penelitian ilmu eksakta. Ini dikarenakan oleh sangat rumitnya interelasi antarfenomena dalam ilmu sosial itu sendiri.

Penelitian – penelitian dalam ilmu sosial dapat dibedakan dengan penelitian dalam ilmu natura, bukan saja karena fenomena – fenomena yang ditangani oleh si peneliti ilmu sosial lebih kompleks, serta tidak daapt dikontrol, tetapi permasalahan dalam ilmu sosial lebih banyak disebabkan oleh masalah orientasi yang sangat luas yang tidak dipunyai oleh ilmu natura. Peneliti dalam ilmu natura merupakan pengamat yang imparsial di luar alam, meneliti proses natura tersebut dan mencoba menyempitkan proses ke dalam hubungan umum yang sederhana. Peneliti ilmu natura tidak mengharapkan dapat mengubah alam, walaupun mengetahui jika ia mengerti lebih baik tentang proses alam, manusia akan sanggup menggunakan alam secara lebih baik. Sebaliknya, peneliti – peneliti ilmu sosial tidak dapat menjadikan dirinya sebagai pengamat yang imparsial, ia tidak dapat meneliti dan memperoleh pandangan tentang proses sosial itu sendiri. Akan tetapi, perhatiannya, penilaiannya, tujuan akhirnya harus selalu berada dalam proses sosial itu sendiri. Peneliti – peneliti ilmu sosial berpendapat bahwa dalam batas – batas tertentu proses dalam masyarakat tidak kaku, tetapi fleksibel, dan dapat siubah. Tujuan serta hasil penelitian akan digunakan untuk melayani keperluan masyarakat itu sendiri yang menjurus kepada modifikasi dari pengaturan – pengaturan sosial yang telah ada.
Peneliti – peneliti ilmu sosial, walaupun berhadapan dengan fenomena – fenomena yang tidak kompleks, banyak dari fenomena tersebut secara relatif lebih kompleks dari fenomena yng dihadapi oleh ilmu natura. Perubahan – perubahan yang terjadi atas objek yang diteliti secara relatif dapat mengubah diri si peneliti sendiri dalam waktu yang relatif cepat, sedangkan perubahan – perubahan ini tidak mempunyai satuan pengaturan yang lebih nyata regulasinya. Walaupun fenomena – fenomena dalam ilmu natura juga kompleks dan sulit untuk diteliti, tetapi peneliti – peneliti ilmu natura mempunyai alat – alat yang ampuh serta metode yang teruji dalam memecahkan masalah dengan membagi – bagi fenomena menjadi bagian – bagian yang wajar untuk dipecahkan satu persatu.
Ilmu – ilmu natura mempunyai umur yang lebih tua dibandingkan dengan ilmu – ilmu sosial sehingga pengalaman peneliti dalam ilmu natura lebih mantap dan terampil. Dengan kelahirannya yang lebih awal, peneliti – peneliti ilmu natura telah mempunyai unit pengukur yang lebih perfek dibandingkan ilmu sosial. Penggunaan meode kuantitatif yang telah lazim pada penelitian ilmu – ilmu natura, belum cukup berkembang dalam penelitian ilmu sosial.
Masalah lain yang dihadapi penelitian ilmu sosial adalah ketidakmungkinan melakukan eksperimentasi yang telah jelas terhadap fenomena sosial, dalam arti bahwa penelitian dalam ilmu sosial tidak memungkinkan dilakukannya percobaan dengan replikasi serta kontrol yang cukup terjamin ketepatannya. Dalam penelitian ilmu natura, variabel serta fenomena dapat diatur dalam bentuk percobaan dan dapat dibandingkan dengan variabel kontrol secara akurat. Dengan adanya kontrol ini, maka efek – efek dengan perlakuan yang berlainan, dapat ditentukan dengan presisi yang sangat tepat. Sebaliknya, pengelompokan dari fenomena sosial dalam perlakuan dan kontrol, secara umum tidak dapat dilakukan, kecuali untuuk sebagian cabang penelitian saja. Akan tetapi, percobaan dengan kontrol dalam penelitian ilmu sosial telah diadakan modifikasi dengan dilakukan teknik psuedo kontrol dengan menggunakan teknik regrasi dan adaptasi ilmu statistik sebagai alat analisa.
Kesulitan lain yang dihadapi oleh peneliti ilmu sosial adalah kurangnya kemampuan prediksi dalam membuat ramalan terhadap masalah – masalah sosial. Tiap prediksi sosial selalu terbentur kepada inferensi dari obejek – objek penelitian sendiri sehingga kemungkinan terjadinya salah prediksi selalu lebih besar.  Objek penelitian selalu mengadakan responsi terhadap prediksi dan mengambil kesempatan untuk mengadakan antisipasi terhadap perubahan – perubahan yang diramalkan, yang mengakibatkan melesetnya forcasting.
Informasi yang diperoleh oleh peneliti ilmu sosial banyak sisandarkan dengan daya ingat dari objek dalam mencari fakta. Maka timbul lagi permasalahan dalam penelitian ilmu sosial tentang bagaimana mengurangi bias dari informasi yang diterima. Hal ini merupakan tambahan kerja yang menghendaki kecermatan dari peneliti – peneliti sosial, yang jarang ditemui oleh peneliti – peneliti dalam bidang ilmu natura
secara umum dapat disimpulkan bahwa peneliti dalam ilmu sosial selalu mendapatkan dirinya berkecimpung dalam masalah aktivitas ataupun melibatkan dirinya dalam meneliti catatan aktivitas manusia, dan si peneliti bukan seorang pengamat yang imparsial tetapi pengamat yang berada dalam objek yang membuat proses dan fenomena itu sendiri. Variabel – variabel fenomena sosial sulit untuk diukur secara kuantitatif, dan si peneliti sosial tidak dapat mengadakan perlakuan terhadap atribut – atribut yang sedang diteliti. Peneliti ilmu sosial susah sekali dalam mengadakan percobaan dalam kerjanya sehingga pengelompokan dengan perlakuan kontrol tidak mungkin dilakukan dengan cukup akurat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar