 IP  versi 4 habis! Begitu judul yang menghias banyak kanal berita. Bulan  Februari kemarin, IANA (lembaga yang mengatur penggunaan IP di seluruh  dunia) memang sudah tidak memegang alamat IPv4 lagi.
IP  versi 4 habis! Begitu judul yang menghias banyak kanal berita. Bulan  Februari kemarin, IANA (lembaga yang mengatur penggunaan IP di seluruh  dunia) memang sudah tidak memegang alamat IPv4 lagi. Semua slot sudah dibagikan  ke seluruh dunia melalui koordinator tiap benua. Jika slot di  koordinator tiap benua itu habis juga, berarti IPv4 resmi ludes.
Apakah  berarti ini “kiamat” bagi dunia internet? Sebenarnya tidak juga. Sejak  tahun 1999, telah terbentuk forum yang bertugas membuat standar baru  yang disebut IP versi 6 (IPv6). Ketika IPv4 habis, kita tinggal pindah  ke IPv6. Cuma karena yang “pindah” adalah seluruh infrastruktur  internet, prosesnya terbilang ribet dan membutuhkan dana yang tidak  sedikit. 
Namun untuk  masa depan yang lebih baik, kita semua memang harus pindah ke IPv6.  Bahkan untuk mendorong gerakan itu, besok akan diadakan hari IPv6. Bagi  Anda yang masih belum memahami soal tersebut, inilah sekelumit  penjelasan soal Internet Protocol serta kelebihan yang ditawarkan IPv6.
Apa itu Internet Protocol?
Internet  Protocol (IP) adalah standar yang mengatur bagaimana dan lewat mana  paket informasi dikirim dari jaringan internet maupun intranet. Agar  paket data sampai ke tujuan yang benar, tiap perangkat yang terhubung ke  internet harus memiliki alamat IP (IP Address) yang unik. Jika ada dua  perangkat memiliki IP yang sama, maka akan terjadi yang disebut “IP  Conflict” karena paket akan bingung mau mengarah ke mana.
Apa Masalah IPv4?
Ketika  dibuat tahun 1981, IP versi 4 mengunakan 32-bit alamat, atau “hanya”  sekitar 232 (4,3 milyar) alamat. Dari jumlah itu, sekitar 18 juta alamat  digunakan untuk private network dan 270 juta untuk multicast adresses,  sehingga tidak bisa digunakan untuk publik. Sebenarnya jumlah yang  tersisa masih sangat banyak, namun lebih banyak lagi perangkat yang  terhubung ke internet. Alhasil, alokasi alamat yang dimiliki IPv4 sudah  tidak mencukupi lagi. Karena itulah kita membutuhkan IP versi 6 yang  memiliki lebih banyak alamat.
Kapan Alamat IPv4 akan Habis?
Tergantung  area, tapi setidaknya 1 sampai 3 tahun lagi. Ribut-ribut kemarin lebih  disebabkan APNIC (organisasi yang mengatur penggunaan IP di Asia  Pasifik) telah meminta dua tambahan blok IP Address ke IANA (yang  mengatur penggunaan IP sedunia). Permintaan tersebut menyebabkan blok IP  Address yang tersisa tinggal 5 (satu blok memiliki 16,8 juta alamat).  Sesuai peraturan, jika blok IP yang tersisa tinggal lima, maka harus  langsung dibagi ke 5 pengurus IP di tiap benua. 
Seberapa  lama IP Address itu akan habis tergantung laju penggunaan internet di  benua tersebut. Benua dengan laju penggunaan internet cepat seperti Asia  Pasifik atau Amerika Utara mungkin dapat menghabiskan blok yang tersisa  dalam tempo 1 tahun. Namun bagi benua yang penetrasi internetnya sudah  meluas seperti Eropa, atau yang penetrasi internetnya masih lambat  seperti Afrika dan Amerika Latin, waktu yang tersisa bisa tahunan.
Jadi IPv4 benar-benar habis?
Sebenarnya  masih ada beberapa blok di luar sana yang tidak terpakai. Bahkan  menurut John Heideman, peneliti dari University of Southern California,  penggunaan IPv4 sebenarnya hanya 14%. Namun agak sulit menarik kembali  IP Address yang sudah terlanjur tersebar. Sumber permasalahannya terjadi  awal perkembangan internet, ketika pembelian alamat IPv4 cuma terbagi  dalam 3 pilihan blok: /8 (16,7 juta alamat), /16 (65 ribu alamat), dan  /24 (256).  Bagi perusahaan atau universitas yang membutuhkan (misalnya)  67 ribu IP Address, mereka mendapatkan satu blok /8 sejumlah 16,7 juta  alamat.
Beberapa pihak  seperti Universitas Stanford atau Departemen Pertahanan AS telah dengan  sukarela mengembalikan IP Address yang tidak mereka gunakan. Namun masih  banyak pihak seperti MIT, IBM, Apple, AT&T, atau Ford Motor yang  belum menentukan sikapnya. Pihak ARIN bisa saja meminta mereka  mengembalikan jatah itu, namun mengingat populasi IPv4 yang kini  terbatas, pemilik IPv4 tersebut bisa saja menjadikannya sebagai aset  berharga. Bahkan belakangan tersembul kabar beberapa pihak yang masih  memiliki blok IPv4 menjualnya dengan harga tinggi.
IPv6 bisa mengatasi keterbatasan alamat tersebut?
Iya,  karena kapasitas pengalamatan ini naik dari 32-bit menjadi 128-bit  (2128) atau tepatnya 340.282.366.920.938.463.463.374.607.431.768.211.456  alamat IP. Di masa datang alamat sebanyak itu mungkin juga akan habis,  namun setidaknya situasi terkendali sampai ratusan tahun dari sekarang. 
Sistem  pengalamatannya IPv6 sendiri menggunakan delapan kelompok kuartadesimal  yang dipisahkan titik dua. Ini berbeda dengan sistem pengalamatan IPv4  yang menggunakan empat kelompok tridesimal. 
IPv4 192.168.0.1
IPv6 2001: cdba: 0000:0000:0000:0000:3257:9652
Wah, Beda Banget ya?
Iya.  Secara nama beda, secara teknologi pun berbeda. Itulah mengapa kedua  protokol ini tidak saling kompatibel. Komputer yang ber-IPv4 tidak dapat  menemukan mail server ber-IPv6, begitu pula sebaliknya.
Namun  bukan berarti internet akan macet. Paket yang dikemas dalam sistem IPv6  bisa dikemas ulang menjadi paket IPv4 sehingga komunikasi data tetap  bisa terjadi. Namun cara ini tentu saja merepotkan dan boros sumber  daya, sehingga berpotensi menurunkan kecepatan internet secara  signifikan. Karena itu, cara terbaik adalah semua orang pindah ke IPv6. 
Oke, saya akan migrasi ke IPv6. Bagaimana caranya?
Untuk  mengadopsi IPv6, dibutuhkan dukungan hardware maupun software. Di sisi  end-product alias perangkat yang kita gunakan sehari-hari, relatif tidak  ada masalah. Mayoritas kartu jaringan di dalam komputer, notebook,  maupun smartphone masa kini telah mendukung IPv6. Begitu pula di sisi  software. Windows sejak generasi XP Service Pack 1 sudah mendukung IPv6,  begitu pula Mac OS X versi 10.2 dan semua distro Linux.
Akan  tetapi, masalah mulai rumit ketika menyentuh perangkat akses internet,  seperti modem Anda. Mayoritas modem yang diberikan penyedia jasa  internet belum mendukung IPv6, sehingga harus diganti atau di-upgrade.  Di sisi backbone, permasalahan lebih pelik lagi. Server, router,  load-balancer, dan semua node harus diganti agar mendukung IPv6.
Jadi  inti permasalahan bukan di sisi pengguna biasa, namun di sisi  infrastruktur. Karena besarnya usaha dan investasi yang harus  dikeluarkan, proses migrasi ini bisa berlangsung tahunan. 
Jadi, industri belum siap?
Siap  tidak siap, kita harus pindah. Beberapa negara seperti Amerika Serikat,  Kanada, Perancis, Jepang, China, dan Korea Selatan juga sudah melakukan  beberapa kebijakan untuk mendorong percepatan migrasi IPv6. 
Dan  pada tanggal 8 Juni 2011 besok, diadakan Hari IPv6 sedunia. Agenda  besarnya adalah melakukan uji coba IPv6 selama 24 jam. Perusahaan yang  ikut serta antara lain Google, Facebook, Yahoo, Akamai, dan Limelight  Networks. Mudah-mudahan, langkah ini bisa mendorong industri untuk  bermigrasi ke IPv6.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar