
Oleh Tole
Anda yang mencintai laut tentu senang mengarunginya dengan perahu. Di  Sulawesi Selatan, sekitar 150 km (lima jam perjalanan darat) ke selatan  kota Makassar, terdapat sebuah desa pantai yang penduduknya terkenal  piawai membuat perahu. Namanya Tanaberu.
Desa yang terletak di Kecamatan Bonto Bahari, Bulukumba ini dijuluki  “Butta Panrita Lopi” atau Negeri Perajin Perahu. Yang dibuat di sini  adalah pinisi, perahu tradisional Bugis Makassar yang terkenal telah  melayari samudera sejak dulu kala.
Penduduk Tanaberu turun-temurun mewarisi keahlian membuat pinisi dari  nenek moyang mereka. Alkisah, di awal abad ke-14, Putra Mahkota  Kerajaan Luwu yang legendaris, Sawerigading, berlayar ke negeri Tiongkok  untuk meminang Putri We Cudai. Dalam pelayaran pulang, kapalnya diamuk  badai lalu karam setelah terbelah tiga di perairan Bulukumba.
Pecahan-pecahan kapal yang terdampar di desa Ara, Tanaberu dan  Lemo-lemo kemudian dirakit kembali oleh warga tiga desa itu menjadi  perahu yang disebut pinisi. Warga desa percaya, itulah tuntunan  Sawerigading kepada mereka untuk menjadi perajin perahu.
Sejak itu, masyarakat tiga desa ini (terutama Tanaberu dan Ara)  kemudian menekuni pembuatan perahu pinisi. Tata cara pembuatan pinisi  menjadi baku dan berdisiplin tinggi. Semua tahapan memiliki ritual  tersendiri serta dikerjakan secara tradisional. Para perajin perahu  bekerja berdasarkan naluri belaka tanpa gambar rancangan kapal.
Pembuatan pinisi selalu diawali dengan ritual upacara yang dipimpin  Pandita Lopi, tokoh adat yang juga perajin perahu. Upacara itu meliputi  peletakan balok lunas yang mengarah ke timur laut, lalu balok lunas yang  mengarah ke barat laut. Perahu dibuat dari kayu jenis Bitti, Katonde  dan Welengreng yang kuat dan tahan air. Uniknya, penebangan pohon  sebagai bahan perahu hanya dapat dilakukan pada tanggal 5 dan 7 setiap  bulannya — dua tanggal baik yang dianggap sebagai hari-hari murah rezeki  bagi penduduk Bonto Bahari.
Pembuatan perahu pinisi dipimpin oleh punggawa (kepala tukang) dengan  bantuan oleh sawi (tukang) dan para calon sawi. Ada pula upacara  pemasangan papan pengapit lunas yang disebut Kalebiseang yang berjumlah  126 lembar. Setelah itu dilanjutkan dengan Anjerreki, upacara memperkuat  lunas, dilanjutkan dengan pemasangan bagian buritan dan kemudi bawah.

Setelah papan perahu kuat, sekujur tubuh pinisi kemudian didempul  dengan bahan campuran kapur dan minyak kelapa. Satu perahu bisa  menghabiskan 20 kilogram adonan dempul. Badan perahu yang telah didempul  itu kemudian dihaluskan dengan kulit pepaya.
Setelah badan dan kerangka perahu tuntas, barulah dipasang tiang dan  layar. Pinisi memiliki dua tiang utama dengan tujuh helai layar. Pada  umumnya perahu ini berukuran kecil dengan daya angkut 20-30 ton dengan  panjang 10-15 m.
Kendati dibangun dengan teknik yang sangat tradisional, pinisi  terkenal presisi dan indah. Para perajin pinisi di Tanaberu dikenal  sampai ke mancanegara. Sebagian besar pemesan berasal dari luar negeri,  terutama Eropa, Amerika dan Kanada, Afrika, Malaysia dan Singapura.
Muslim, salah seorang juragan pembuatan perahu, mengatakan, biasanya  mereka mendapat pesanan dengan aneka penambahan terutama interior dan  teknologi — seperti pesanan seorang warga Perancis yang ingin memajang  pinisi di museum bahari di Paris. Sementara itu, Haji Jafar, perajin  pinisi, membuat perahu wisata berbobot 100 ton berdasarkan pesanan dari  Belanda dan Singapura.
Perahu pinisi menjadi buah bibir dunia berkat ekspedisi Pinisi  Nusantara yang melakukan pelayaran bersejarah dari dermaga Muara Baru,  Jakarta, menyeberangi Samudera Pasifik menuju Vancouver, Kanada. Bertolak pada 9 Juli 1986 dan dipimpin Capt. Gita Ardjakusuma, Pinisi  Nusantara berhasil mengatasi rintangan berupa ombak besar dan badai di  perjalanan. Setelah berlayar 68 hari, pinisi dengan panjang 37 m dan  bobot 120 ton ini pun berhasil berlabuh di Vancouver — menempuh jarak  lebih dari 10,000 mil laut.
Setelah pelayaran Pinisi Nusantara, terdapat pula beberapa ekspedisi  pelayaran melintasi samudera dengan rute berbeda oleh pinisi-pinisi  buatan perajin perahu Tanaberu.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar