Masyarakat Kaltim dianjurkan untuk menghilangkan  rasa gengsi dengan mencintai produk  dalam negeri. Warga harus bangga  menggunakan barang-barang  buatan negeri sendiri.  Terlebih Gubernur   Kaltim, H Awang Faroek Ishak sangat konsisten mengimbau masyarakat untuk  menggunakan produk-produk buatan  Indonesia.
“Saya hanya mengimbau masyarakat untuk mengikis rasa gengsi dengan  mencintai produk  Indonesia.  Persoalan ini kan tergantung selera saja.  Kalau kita tidak bangga pakai produk sendiri, ya  siapa lagi yang  mencintai produk-produk anak bangsa ini,” ucap Kepala Diskominfo Kaltim,  Moh Jauhar Efendi,  ketika menjawab pertanyaan pemirsa dalam dialog  interaktif  di TVRI Kaltim, Samarinda,  Kamis (18/11).
Jauhar tampil sebagai salah satu narasumber selain Kepala Dinas  Perindagkop dan UKM Kaltim,  HM Yadi Syabiannoor, dalam dialog  bertema   Mencintai Produk Indonesia. Dialog interaktif  berdurasi satu jam   dengan penyiar Arliansyah ini terselenggara atas  kerjasama  Dinas  Kominfo Kaltim dengan LPP (lembaga penyiaran publik)  TVRI  Kaltim  tersebut.

Banyak pertanyaan pemirsa  yang muncul.   Om Jo  dari Samarinda,   misalnya, mengaku  bangga dengan produk buatan Indonesia seperti    batik.  Tapi,  ia menyayangkan banyak kualitasnya  yang  tak sesuai  standar.  Begitu pula produk makanan atau barang elektronik yang   kualitasnya masih lebih bagus  produk luar negeri.
Lantas Erick, warga Kaltim yang kebetulan di Makassar melihat produk  batik khas Kaltim, misalnya,  masih kurang promosi. Ia menyarankan semua  anak sekolah wajib pakai batik motif  Kaltim,  jangan bermotif daerah  lain. Sedang Yacobus (Samarinda) mengkritik sangat jarang pejabat mau  makan gado-gado di pinggir jalan,  kecuali lebih suka ke McDonald  atau  makan steak melulu.
Abdul Azis (Balikpapan),  dan Abraham (Samarinda)  lain lagi.   Keduanya  menghendaki agar batik Kaltim punya ciri khas tersendiri   seperti  halnya batik sasirangan di Kalsel.  “Kalau perlu undang  desain-desain Jakarta untuk membuat motif batik Kaltim agar tidak  terkesan ada batik yang dibuat taplak meja,”  saran Abraham.
Menurut Jauhar, upaya meningkatkan kualitas produk itu menjadi  tantangan tersendiri bagi para pengrajin batik. Soal pejabat  yang   jarang mau makan gado-gado pinggir jalan,  itu soal selera saja.  Tapi,   perlu diketahui  Pak Gubernur Kaltim selalu menganjurkan pada setiap  acara kegiatan untuk mengutamakan makanan produk lokal seperti kacang  rebus,  pisang rebus atau jagung rebus.  “Persoalannya  tergantung   bagaimana cara pengemasannya saja,”  jawab Jauhar.
Yadi Syabiannor pun sependapat.  Cara pengemasan gado-gado, misalnya,  sedikit agak rumit.  “Orang sekarang perlu serba cepat,  dan gado-gado  harus diulek dulu dan makan waktu.  Tapi,  perlu diketahui sarapan pagi   di hampir semua kantor tersedia kue-kue tradisional seperti amparan  tatak, lemper,  atau  laksa.  Dan, kalau di warung Jinggo, misalnya,   juga ada lemang plus telur asinnya,  termasuk nasi pundut dan lainnya,”   urainya.
Terkait  baju batik,  menurut  Yadi,  Menperindag sudah mengimbau  semua Menteri Kabinet sampai ke Gubernur,  Bupati dan Walikota untuk  mencintai produk dalam negeri seperti memakai  batik.  Di Kaltim  sendiri, Gubernur menginstruksikan  pemakaian  baju batik 2 hari dalam  seminggu.  “Khusus pemakaian  batik khas Kaltim, biasanya  digunakan  pada even-event tertentu,  termasuk ketika lawatan ke luar negeri,”   ujarnya  seraya menimpali ciri khas  batik Kaltim sudah ada  berupa  motif anggrek hitam disertai titik-titik dan sangat diminati di luar  daerah.
sumber : http://www.jauharefendi.web.id/pakai-produk-dalam-negeri-kenapa-tidak.html 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar