Rabu, 22 Juni 2011

Mengenal Kekerasan Emosional dalam Sebuah Hubungan


Dalam membina suatu hubungan, setiap pasangan selalu mendambakan hubungan yang harmonis dan sehat. Tetapi seringkali justru salah satu pihak lebih dominan dan melakukan berbagai kekerasan karena ia merasa berada dalam posisi yang lebih kuat. Kekerasan dalam sebuah hubungan sendiri dibagi menjadi 3: Kekerasan fisik, seksual, dan emosional. Kekerasan fisik dan seksual memang sebagian besar dilakukan oleh pria, namun untuk urusan kekerasan emosional, wanita juga sering melakukannya pada pria. Untuk artikel ini, saya akan khusus membahas mengenai kekerasan emosional dalam sebuah hubungan.

Banyak orang berpikir bahwa kekerasan fisik lebih fatal daripada kekerasan emosional. Faktanya, keduanya sama-sama dapat berakibat fatal. Jika kekerasan fisik dapat berakibat luka di badan, cacat, dan kematian, kekerasan emosional dapat menyebabkan luka batin yang sangat dalam. Tentu saja, karena berhubungan dengan perasaan maka kekerasan emosional sulit dibuktikan dan lebih jarang terekspos dibandingkan kekerasan fisik.
Bentuk dari kekerasan emosional bermacam-macam bisa berupa:
  • Verbal (membentak, menyalahkan, mempermalukan, menghina)
  • Finansial (melarang pasangan bekerja, menguasai keuangan, mengontrol keuangan dengan keras)
  • Isolasi dari dunia luar
  • Intimidasi
  • Tidak mempedulikan pasangan (dicuekin)
  • Mengendalikan hidup pasangan, dan banyak lagi
Ada 2 peran yang terlibat dalam kekerasan emosional dalam sebuah hubungan:
Si pelaku kekerasan:
Orang yang berada dalam peran ini adalah orang yang selalu menuntut untuk dihormati dan takut ditinggalkan (posesif). Sering juga terjadi, ia memiliki rasa sakit hati dan trauma karena peristiwa masa lalu (oleh orang tua atau teman-temannya) sehingga ia melampiaskannya justru kepada orang yang diklaim ia cintai. Berikut ini adalah tanda-tanda kekerasan emosional dari si pelaku:
  • Mengabaikan perasaan pasangannya
  • Tidak menghormati pasangannya
  • Menjelek-jelekkan dan mengejek pasangan di tempat umum
  • Tidak memberikan apresiasi dan kasih sayang
  • Memastikan pasangannya tidak mendapatkan apa yang diinginkan
  • Mengancam
  • Memanipulasi dengan kebohongan
  • Menuntut sesuatu yang tidak masuk akal
  • Memberikan batasan-batasan yang tidak realistis
Si korban:
Cukup sulit untuk mengidentifikasi dan menilai korban kekerasan emosional tanpa kita tanya sendiri atau si korban bercerita. Kita harus peka terhadap tanda-tanda berikut ini:

  • Perasaan depresi
  • Penarikan diri dari interaksi sosial
  • Diisolasi dari teman dan keluarga
  • Kepercayaan diri yang rendah
  • Sering terlihat takut
  • Sering gelisah
  • Merasa malu
  • Tidak mempercayai orang lain
  • Sering menyalahkan diri sendiri dan orang lain
  • Mencoba bunuh diri
  • Emosi tidak stabil
  • Sering berbohong
  • Merasa pesimis dengan hidup
  • Memakai narkoba
  • Menghindari kontak mata
Ini adalah tanda-tanda kekerasan emosional dalam sebuah hubungan. Tanda-tanda tersebut awalnya akan tampak kurang jelas, tetapi seiring waktu berjalan, apabila kita tidak berusaha untuk menyelesaikannya maka pelaku kekerasan emosional akan semakin menjadi-jadi dan semakin jelas melakukan kekerasan itu. Akibat utama dari kekerasan emosional adalah si korban takut untuk ditinggalkan. Di banyak kasus, si korban percaya bahwa tidak ada orang lain yang suka/ingin bersama dirinya, kecuali si pelaku. Sehingga ia terus berada di situasi yang tidak menyenangkan itu. Si korban merasa malu dan terus menyimpan rahasia tentang kekerasan yang dialami.
Jika kekerasan emosional ini diteruskan maka dapat memperburuk keadaan orang itu dan dapat membawa ia ke gangguan psikologis dan emosional. Saat kamu mengalami kekerasan ini atau jika kamu mengamati seseorang yang mengalaminya, maka kamu harus berkonsultasi dan mencari bantuan dari polisi maupun profesional. Jalan terbaik untuk mencegah kekerasan emosional adalah kesadaran pribadi dan pemahaman terhadap hak dan kewajiban kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar